Friday, April 27, 2012

Markus Maulana Resmi Ke PSMS IPL

Soal berapa gaji Markus selama di PSMS IPL, Freddy enggan memaparkanya. 


Teka teki masa depan eks penjaga gawang PSMS ISL, Markus Haris Maulana terjawab sudah. Kiper yang pernah membela timnas di AFF Cup 2010 ini menerima tawaran dari PSMS IPL untuk mengakhiri karirnya di putaran kedua bersama tim tersebut.

Hal ini diungkapkan CEO PSMS IPL, Freddy Hutabarat didampingi Markus Haris Maulana dalam temu pers di Hotel Dhaksina Medan, Jumat sore (27/4).

"Terus terang, Markus sudah bergabung ke kami. Selama ini, kami sudah bernegosiasi, namun kami tidak ingin ada masalah di kemudian hari. Saat inilah kami kemukakan ke publik, bahwa Markus sudah bergabung," ujarnya.

Freddy menegaskan soal kepindahan Markus yang sejatinya sudah melewati batas transfer window di awal April lalu. "Setiap pemain ISL, anytime bisa ke IPL. Kami anggap Markus adalah pemain baru dan tidak dari mana-aman. Itu sudah kebijakan PSSI. Peraturan secara spefisik tidak ada. Ini bagian dari bentuk rekonsiliasi (menampung pemain ISL)," jelasnya.

Soal berapa gaji Markus selama di PSMS IPL, Freddy enggan memaparkanya. "Soal harga, kurang etislah. Nanti ada kecemburuan ke pemain lain. Ya samalah sama pemain asing (gaji). Kami berharap dia (Markus) menunjukkan kualitasnya selama di tim ini. Dan semoga dengan banyak penonton yang datang melihat tim ini. Kami jujur sangat sulit dengan harus membayar Rp860 juta per bulan untuk operasional klub," tukasnya.

Freddy sendiri menampik bahwa perekrutan Markus, lantaran pencitraan klub dan bukan kebutuhan tim. Apalagi, selama ini jargon PSMS yang asli yang ada Markusnya dikembangkan PSMS ISL. "Tidaklah begitu. Saya rasa kami memang butuh kiper. Saat ini, tim total punya empat kiper dengan masuknya Markus. Naumun, salah satu kiper kami Ary Manurung masih sangat muda, usianya baru 21 tahun. Berarti tinggal, Decky Ardian Irwin Ramadhana. Saya kira dalam satu tim tiga kiper, itu sesuai kebutuhan tim untuk dua kompetisi di Piala Indonesia dan IPL," tukas pengurus salah satu dari 40 klub pemilik PSMS ini.

Tapi, Freddy juga menyerahkan soal posisi Markus apakah bakal dari kiper utama atau tidak pada Fabio Lopez, pelatih PSMS IPL. "Kami harus hargai pelatih. Sebenarnya, kami maunya Markus sudah main saat melawan Persiraja (Sabtu, 28/4). Namun, Fabio suruh Markus berlatih dulu. Pelatih Eropa beda, kalau pelatih Indonesia kan sudah tahu kualitas dia (Markus). Pelatih kami susah kali, pemain bintang belum tentu jaminan di posisi utama. Contohnya, Jecky Pasarela kemarin. Telat datang dari seleksi timnas, tidak dipakai (lawan PSM)," tuturnya.

Lalu bagaimana tanggapan Markus? Pemain yang saat konferensi pers mengenakan kaos hitam ini menjelaskan, kepindahan ini karena dia ingin menyambung hidup dan melanjutkan karir di PSMS, meskipun harus beda kompetisi. "Yang pasti, status saya tidak ada di PSMS ISL, karena saya sudah dipecat. Sejak dipecat pula, status saya bebas. Saya cinta PSMS, kalau enggak cinta tidak mungkin di sini. Saya ada beberapa klub yang menawarkan seperti Persisam, Persiram dan Pelita, tapi saya pertimbangkan yang ini, karena masih cinta PSMS. Dan, juga untuk menyambung hidup, saya sudah berkeluarga, beda sama lajang," ujarnya kiper kelahiran Pangkalan Brandan, Sumut ini.

Markus sendiri mengaku meski pindah ke PSMS IPL, dia masih menanti haknya dari PSMS ISL. "Sampai sekarang dari manajemen, pengurus PSMS ISL belum ada kasih tahu saya via telepon atau SMS. Saya juga dipecat hanya dari pelatih kiper, ya saya kecewa juga. Tapi mungkin sudah bisa begitu di Indonesia. Uang saya masih ada di sana (PSMS ISL). Masih ada dua bulan setengan gaji, kompensasi dan sisa DP kontrak sepuluh persen. Jadi kira-kira Rp500 juta ada di sana. Saya sendiri belum ada langkah soal itu (hak), jikapun tidak ada juga, saya akan ke jalur Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI)," beber kiper berkepala plontos ini.

Dia juga tidak tahu sampai sekarang mengapa dipecat dari PSMS ISL. "Apakah karena saya ngomong di media. Saya selama ini tidak minta gaji, hanya pinjaman ke manajemen untuk menyambung hidup. Kalau niat saja jelek, bisa saja pas lawan Deltras (away) keluar atau lari malam. Saya ini kan cari kerja dario bola," papar suami Kiki Amalia ini.

Kiper kelahiran 1982 ini mengungkapkan pasrah jika kemudian ada saja predikat pengkhianat pindah dari ISL ke IPL. "Saya tidak ada masalah. Saya juga masih membela PSMS dan bukan membela klub lain. Soal ISL dan IPL, biarkan sajalah pengurus bersiteru. Saya hanya tahunya berlatih dan bertanding serta menyambung hidup," paparnya.


Soal posisi utama di PSMS IPL, Markus juga enggan memikirkannya. Termasuk nomor punggung jersey.  "Itu terserah, tergantung pelatih. InsyaAllah tim ini bisa jauh lebih baik. Saya memang inginnya makai nomor 20. Itu nomor saya selalu di PSMS," pungkas alumni SSB Brandan Putra ini.
 

Profil 16 Peserta Euro 2012

Inilah profil 16 kandidat juara Euro 2012 di Polandia dan Ukraina pada 8 Juni - 1 Juli mendatang...

 


GRUP A
Polandia
Yunani
Rusia
Republik Ceko



GRUP B
  Belanda
Denmark
Jerman
Portugal



GRUP C
  Spanyol
Italia
Republik Irlandia
Kroasia



GRUP D
Ukraina
Swedia
Prancis
Inggris

 

Sepuluh Laga Terbaik Sepanjang Sejarah Piala Dunia

Berikut sepuluh laga terbaik sepanjang sejarah Piala Dunia versi editor arenabolaku.blogspot.com Internasional.


10) Argentina* 2-2 Inggris – Babak 16 Besar 1998

Tak banyak pertandingan yang bisa dikenang dalam tiga atau empat edisi Piala Dunia terakhir, tapi pertandingan ini menjadi salah satunya. Pembicaraan sebelum pertandingan banyak membahas soal balas dendam Inggris setelah tersingkir dari perempat-final 1986 akibat gol Tangan Tuhan Diego Maradona.
Dalam 16 menit, sudah terjadi tiga gol. Penalti Gabriel Batistuta membawa Argentina memimpin, tapi Alan Shearer berhasil menyamakan kedudukan. Pemain muda berusia 18 tahun bernama Michael Owen mencetak gol individual yang indah sebelum disamakan Argentina melalui Javier Zanetti.

David Beckham dikartumerah wasit pada babak kedua karena menendang Diego Simeone, gol Sol Campbell dianulir karena Shearer dianggap sudah melakukan pelanggaran terhadap Carlos Roa, dan pertandingan berujung pada adu penalti.

Seperti yang terjadi di Italia delapan tahun sebelumnya, Inggris kembali tidak beruntung. Paul Ince dan David Batty gagal menjalankan tugas sebagai eksekutor setelah tendangan mereka dimentahkan Roa.

9) Jerman 0-2 Italia - Semi-Final 2006

Tak ada akhir pertandingan yang lebih dramatis dibandingkan pertandingan Jerman-Italia di Dortmund, 2006.

Dua raksasa Italia ini bertarung sengit selama 119 menit. Meski tak tercipta gol pada waktu normal, peluang bertebaran. Gianluigi Buffon mementahkan dua tendangan Bernd Schneider dan Lukas Podolski, sedangkan dua peluang Italia melalui Alberto Gilardino dan Gianluca Zambrotta menghantam tiang gawang.


Saat pertandingan seperti akan ditentukan melalui adu penalti, Fabio Grosso muncul dan melepaskan tendangan melengkung. Sontak, fans Italia bergembira. Selang beberapa detik kemudian, Alessandro del Piero menggandakan keunggulan Italia. Azzurri lolos ke final dan akhirnya mengalahkan Prancis melalui adu penalti untuk merebut gelar juara.

8) Hongaria 2-3 Jerman Barat – Final 1954

Magical Magyars asuhan Gusztav Sebes tampaknya tidak terkalahkan saat menghadapi Jerman Barat di final 1954 di Bern. Hongaria mengantungi rekor 31 partai tak terkalahkan, termasuk kemenangan 6-3 atas Inggris di Wembley. Hongaria merevolusi taktik sepakbola dengan sistem serangan yang dibangun empat pemain handal --  Sándor Kocsis, József Bozsik, Nándor Hidegkuti, dan tentu saja Ferenc Puskas.

Hongaria mampu membukukan 17 gol hanya dalam dua pertandingan grup, termasuk kemenangan 8-3 atas lawan mereka di final. Jumlah tersebut ditambah kemenangan atas dua tim finalis 1950, Brasil dan Uruguay. Di final, mereka unggul dua gol dalam delapan menit dan kelihatannya kemenangan sudah di depan mata. Tapi, hujan turun dan cuaca berpihak kepada Jerman Barat.

Fritz Walter memimpin Jerman Barat meraih kejayaan. Gol Uwe Rahn pada menit ke-83 membalikkan keadaan 3-2 untuk Jerman Barat. Pasukan Sepp Herberger meraih gelar juara dan sampai saat ini pertandingan dikenang sebagai "Mukjizat di Bern".

7) Brasil 4-2 Peru – Perempat-Final 1970

Estadio Jalisco di Guadalajara menjadi saksi pertemuan dua klub yang tampil mempesona selama Piala Dunia 1970. Pelatih Brasil, Mario Zagallo, berhadapan dengan bekas rekan setimnya, Didi, yang melatih Peru.

Brasil, yang akhirnya keluar sebagai juara, memainkan sepakbola menyerang sejak menit pembuka. Tendangan Pele menghantam tiang, sebelum Rivelino mencetak gol melalui tendangan kaki kiri. Tostao menaklukkan Luis Rubinos untuk menambah keunggulan Brasil. Satu lagi gol tercipta melalui Rivelino, tapi dianulir. Semuanya terjadi pada 20 menit pertama.

Peru tak menyerah. Mereka memiliki salah satu bek terbaik di Amerika Selatan saat itu, Hector Chumpitaz, dan gelandang trengginas Teofilo Cubillas. Alberto Gallardo berhasil mempertipis ketertinggalan Peru. Namun, Brasil mengembalikan keunggulan melalui Tostao, sebelum kembali dikejar Cubillas. Saat Peru mencoba mencari gol penyama kedudukan, Jairzinho menyelesaikan pertandingan dengan menciptakan gol keempat.

6) Portugal 5-3 Korea Utara – Perempat-Final 1966

Kekuatan Portugal saat itu mencerminkan kejayaan Benfica yang sedang merajai Eropa. Portugal mampu mengalahkan juara bertahan Brasil sebelum mencapai semi-final dan dikalahkan tuan rumah Inggris. Dua pemain bintang Portugal adalah Mario Coluna dan Eusebio, yang menjadi topskor turnamen dengan sembilan gol dan dianggap sebagai salah satu striker terbaik dunia.

Portugal memenangi seluruh tiga pertandingan grup dan mencetak total sembilan gol, termasuk menyisihkan Brasil. Pada babak delapan besar, Portugal tertinggal tiga gol dan berhasil membalas 5-3 -- empat gol di antaranya dicetak Eusebio.

Korea Utara tampil sebagai tim kejutan turnamen. Mereka berhasil mencapai perempat-final berkat kemenangan bersejarah 1-0 atas Italia. Korea Utara kembali membuat kejutan dengan unggul tiga gol dalam 25 menit atas Portugal. Tapi mereka kurang pengalaman dan terus berupaya melancarkan serangan. Pada akhirnya, kepiawaian Eusebio memandu Portugal memenangkan pertandingan. Gol kelima Portugal dicetak Jose Augusto.

Kedua tim kembali bertemu di Piala Dunia kali ini.

5) Jerman Barat 3-3 Prancis – Semi-Final 1982

Tiga hari setelah partai Brasil-Italia yang penuh ketegangan, Spanyol '82 juga menghadirkan partai klasik di babak semi-final. Kedua negara bertambah kuat seiring dengan berjalannya turnamen. Banyak pemain berkelas dunia yang tampil, seperti Michel Platini, Alain Giresse, Jean Tigana, Paul Breitner, Uli Stielike, dan Pierre Littbarski.

Littbarski membuka kedudukan, tapi disamakan penalti Platini. Pertandingan menghangat. Terjadilah salah satu kejadian paling kontroversial dalam sejarah Piala Dunia ketika kiper Jerman Barat Harald Schumacher merontokkan bek Prancis Patrick Battiston dalam suatu perebutan bola. Battiston terkapar tak sadarkan diri dengan dua giginya tanggal, sedangkan Schumacher lolos dari kartu merah -- bahkan wasit tidak menilainya sebagai sebuah pelanggaran. Schumacher menjadi tokoh jahat di sisa Piala Dunia.

Pertandingan dilanjutkan hingga perpanjangan waktu. Prancis mampu mencetak dua gol melalui Marius Tresor dan Giresse. Sepertinya Les Bleus akan melaju ke final, tapi Jerman Barat menunjukkan ketangguhan mental dan berhasil membalikkan keadaan. Karl Heinz Rummenigge dan Klaus Fischer berhasil memaksa pertandingan diselesaikan melalui adu penalti.

Stielike gagal menjalankan tugas sebagai eksekutor -- dan sampai saat ini menjadi satu-satunya pemain Jerman (Barat) yang gagal di adu penalti. Namun, Schumacher mampu mematahkan eksekusi Didier Six dan Maxime Bossis untuk mengantarkan Jerman Barat ke babak puncak.

4) Jerman Barat 3-2 Inggris AET – Perempat-Final 1970

Piala Dunia 1970 dipenuhi partai-partai klasik dan tiga di antaranya masuk daftar ini. Salah satunya adalah laga perempat-final antara Jerman Barat dan Inggris di Leon, sekaligus ulangan final 1966.

Inggris masih diperkuat empat eksponen '66 -- Bobby Moore, Bobby Charlton, Martin Peters, dan Geoff Hurst -- bermain baik pada sejam pertandingan. Mereka mampu unggul 2-0 melalui Alan Mullery dan Peters.

Tapi, seperti yang selalu terjadi dalam sejarah, jangan remehkan semangat Jerman. Franz Beckenbauer, Wolfgang Overath, dan Gerd Mueller adalah pemain andalan Helmut Schoen. Ketika Juergen Grabowski dimasukkan, arah pertandingan berbalik. Beckenbauer menghidupkan peluang Jerman Barat pada menit ke-68, sebelum Uwe Seeler menyamakan kedudukan melalui gol sundulan. Di babak perpanjangan waktu, Jerman Barat tak terhentikan. Mueller memastikan kemenangan Jerman Barat melalui gol jarak dekat pada menit ke-108.

3) Brasil 1-1 Prancis* - Perempat-Final 1986

Dalam taraf keterampilan bersepakbola, inilah Piala Dunia terbaik sepanjang masa. Prancis memiliki tim terhebat mereka yang beranggotakan Platini, Giresse, Tigana, dan Dominique Rocheteau yang sudah memasuki usia 30-an. Sementara itu, Socrates, Junior, dan Zico tampil untuk kali terakhir di Piala Dunia bersama Brasil.

Di bawah sengatan terik matahari, Brasil mampu unggul melalui Careca, tapi menyia-nyiakan serangkaian peluang menggandakan keunggulan. Prancis mampu menyamakan kedudukan melalui Platini. Kedua tim saling bertukar peluang untuk mencuri keunggulan. Publik stadion Guadalajara tak henti-hentinya menyorakkan nama Zico, yang duduk sebagai pemain cadangan. Tele Santana akhirnya goyah dan memasukkan Zico pada babak kedua. Brasil berhasil memperoleh hadiah penalti, tapi Zico gagal menaklukkan Joel Bats.

Pertandingan akhirnya ditentukan melalui adu penalti. Dua kapten tim, herannya, gagal menjalankan tugas. Socrates dan Platini. Prancis akhirnya sukses memetik kemenangan dan melaju ke babak empat besar.

2) Italia 4-3 Jerman Barat AET – Semi-Final 1970

Pertandingan ini terjadi pada 17 Juni 1970 dan dinobatkan sebagai "Pertandingan Abad Ini". Saking bersejarahnya pertandingan ini, sebuah monumen dibangun di luar stadion Azteca, Mexico City, yang bertuliskan, "Stadion Azteca menyampaikan rasa hormat untuk tim Italia (4) dan Jerman (3), yang tampil di Piala Dunia 1970, 'Pertandingan Abad Ini'."

Sembilan puluh menit pertama pertandingan berlangsung dramatis, tapi tidak bisa dianggap sebagai "Pertandingan Abad Ini". Italia unggul pada menit kedelapan melalui tendangan keras Roberto Boninsegna dan tampil bertahan. Jerman Barat terus menggedor. Bahkan Franz Beckenbauer tampil dengan tangan dibebat. Bek Karl-Heinz Schnellinger akhirnya mampu menyamakan kedudukan pada menit terakhir pertandingan.

Pertandingan di babak perpanjangan waktu sungguh tak terduga. Lima gol tercipta dalam 30 menit. Mueller membawa Jerman Barat unggul, tapi Tarcisio Burgnich dan Gigi Riva membalikkan kedudukan. Pada menit ke-110, Mueller kembali menyamakan kedudukan. Dari kick-off yang tercipta, Italia kembali unggul melalui Gianni Rivera. Gol tersebut akhirnya menjadi penentu pertandingan yang berlangsung sangat mendebarkan itu.

1) Brasil 2-3 Italia – Babak Kedua Grup C 1982

Brasil edisi 1982 dianggap sebagai tim terbaik yang gagal menjuarai Piala Dunia. Pasukan Tele Santana dilengkapi sederetan pemain hebat semacam Leandro, Junior, Socrates, Falcao, Eder, dan pemain terbaik dunia Zico. Sebelum laga melawan Italia, Brasil mengantungi 13 gol dalam empat pertandingan melalui sepakbola Samba mereka. Selecao menjelma jadi calon kuat juara dunia dan hanya butuh seri untuk lolos ke semi-final.

Italia sebaliknya, tampil buruk pada awal turnamen dengan hanya bermain imbang pada babak pertama grup. Setelah didera kritik media, mereka menerapkan puasa bicara. Tanda-tanda peningkatan muncul ketika mengalahkan Argentina 2-1, tapi tak ada yang berani menjagokan mereka mampu menaklukkan Brasil dan keluar sebagai juara.

Paolo Rossi, kembali dari hiatus dua tahun, muncul sebagai pahlawan kemenangan dengan mempersembahkan hat-trick untuk Italia.

Azzurri mampu unggul dua kali, tapi berhasil disamakan Brasil melalui Socrates dan Falcao. Saat pertandingan tersisa 16 menit, Rossi membukukan gol kemenangan memanfaatkan situasi tendangan penjuru.

Pertandingan ini menggambarkan segalanya -- peluang yang terbuang, aksi hingga akhir laga, penampilan individual dari Bruno Conti dan Falcao, kaus Zico yang robek karena ditarik Claudio Gentile, dianulirnya gol Italia yang seharusnya membuat mereka unggul 4-2, dan penyelamatan gemilang Dino Zoff dari peluang sundulan Oscar. 




Prediksi Liga Inggris 28 - 29 April 2012

TGL (GMT+7) PARTAI Prediksi ODDS  1 x 2 HASIL 
28/Apr  21:00 [7] Everton vs Fulham [9] 0 - 1 -0.50 1
28/Apr  21:00 [14] Stoke vs Arsenal [3] 1 - 1 +0.50 2
28/Apr  21:00 [11] Sunderland vs Bolton [18] 1 - 1 +0.50 x
28/Apr  21:00 [12] Swansea vs Wolverhampton [20] 2 - 0 -1.00 1
28/Apr  21:00 [10] West Brom vs Aston Villa [15] 1 - 2 -0.25 2
28/Apr  21:00 [17] Wigan vs Newcastle [4] 0 - 2     0 2
28/Apr  23:30 [13] Norwich vs Liverpool [8] 1 - 3  -0.50 2
29/Apr  19:30 [6] Chelsea vs QPR [16] 1 - 0 +1.25 1
29/Apr  22:00 [5] Tottenham vs Blackburn [19] 1 - 1 +1.50 1
01/May  02:00 [2] Manchester City vs Manchester Utd [1] 1 - 1 +0.25 1

Xavi Absen Hingga Akhir Musim

Usai dikandaskan Chelsea di babak semifinal Liga Champions tengah pekan kemarin, Barcelona kembali ditimpa nasib sial. Gelandang andalan mereka, Xavi Hernandez, dipastikan absen hingga akhir musim kompetisi Liga Spanyol karena mengalami cedera.

Seperti dilansir situs resmi Barcelona, gelandang berusia 32 tahun itu mengalami cedera pada betis kirinya. Xavi disebut bakal menepi selama 15 hari. Itu artinya dia bakal absen pada empat laga sisa Liga Spanyol melawan Rayo Vallecano, Malaga, Espanyol, dan Real Betis.

Menurut situs resmi Barcelona lagi, Xavi sudah mengalami cedera tersebut hampir sepanjang musim. Namun, baru kali ini sang pemain diistirahatkan akibat cederanya itu.

Absennya Xavi bakal jadi kehilangan besar buat Barcelona. Pasalnya, jebolan akademi La Masia itu merupakan salah satu andalan Pep Guardiola musim ini. Total Xavi sudah bermain sebanyak 47 pertandingan dan mencetak 13 gol di semua laga.

Meskipun begitu, Xavi kemungkinan masih bisa tampil pada laga final Copa del Rey melawan Athletic Bilbao pada 25 Mei 2012 mendatang. Ajang itu jadi target realistis bagi Barcelona untuk meraih gelar juara. Sebab, di ajang Liga Spanyol, tim Catalan berjarak tujuh poin dari pemuncak klasemen, Real Madrid.

Cewek Telanjang





Butuh Istirahat, Guardiola Hengkang dari Barcelona

Pelatih Barcelona, Josep Guardiola, telah memutuskan untuk meninggalkan klub asal Catalan itu pada akhir musim dengan alasan butuh istirahat. Kontrak Guardiola bersama Barcelona berakhir pada Juni 2012 mendatang.

Guardiola mengungkapkan keputusannya tersebut ketika menghadiri konfrensi pers di Camp Nou pada Jumat, 27 April 2012. Sejak diangkat menjadi pelatih, Guardiola selalu menandatangani kontrak berdurasi pendek. Pada awal Oktober 2011 lalu Guardiola sempat mengatakan segera mundur, meskipun tidak secara terbuka.

Sekarang Barca sudah tak lagi dalam perburuan gelar Liga Champions, dan pekerjaan yang cukup berat mengejar Real Madrid di ajang Liga Spanyol. Pep--sapaan akrabnya--merasa sudah waktunya untuk mundur dari jabatan yang telah diembannya sejak 2008 lalu.

“Gairah sangat diperlukan untuk melanjutkan (melatih), sehingga para pemain mendengarkan Anda,” kata Pep. “Setiap hari selama empat tahun, tuntutan sangat tinggi, tekanan, dan energi yang diperlukan untuk mendorong pemain serta menikmatinya. Saya perlu istirahat dan pindah.”

“Saya sangat menyesal atas ketidakpastian masa depan saya dari waktu ke waktu. Mungkin itu kesalahan saya. Saya tidak bermaksud untuk melakukan ini,” ujar Pep. “Saya bangga, saya telah melakukan tugas.”

Spanjang kariernya melatih Barca, Pep sudah mempersembahkan banyak gelar untuk menghiasi lemari piala Barca. Pep sudah meraih tiga gelar Liga Spanyol, satu Copa Ddel Rey, tiga Supercopa de Espana, dua Liga Champions, dua Piala Super Eropa, dan dua Piala Dunia Antarklub.

Aduhh abis UN pusyinggggg





Korban UN